Pasar Properti Anjlok, Harga Properti Secondary Market Turun

Pandemi Covid-19 membuat pasar properti terkoreksi cukup tajam. Bahkan harga properti di pasar skunder (secondary market) saat ini telah menurun sekitar 30 persen. Karena Konsumen juga semakin selektif untuk membeli properti.

Menurut Ketua Asosasi Real Estat Broker Indonesia (Arebi) Jatim Rudy Sutanto, saat ini kondisi pasar properti masih melambat. Ini merupakan imbas dari pandemi Covid-19. Selain orang malas keluar, juga banyak pengusaha yang masih fokus memikirkan cashflow perusahaannya.

“Saat ini harga properti secondary market turun sekitar 30 persen. Sementara primary market hampir tidak ada developer yang mengeluarkan produk baru,” kata Rudy.

Kondisi ini juga belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Konsumen properti juga berubah mindset-nya. Kalau sebelum pandemi Covid-19, konsumen membeli properti selain karena kebutuhan dan keinginan, saat ini orang membeli properti murni karena kebutuhan.

Akibatnya, pasar seakan mengalami stagnasi. Apalagi konsumen yang membeli properti pertimbangannya juga semakin banyak. Selain karena kebutuhan, juga mempertimbangkan harga, akses ke lokasi, legalitas, kondisi proyek dan juga potensi keuntungan.

“Sekarang kalua tidak butuh tidak akan beli properti. Itupun mencari harga yang paling murah, namun memiliki akses paling mudah dan keuntungan sudah ada di depan mata,” ujarnya.

Berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19. Banyak investor yang awalnya tidak ada minat untuk membeli properti namun karena ada penawaran menarik baik produk, harga maupun lokasinya, mereka masih banyak yang membeli.

Sekarang investor properti sebenarnya juga masih ada. Karena orang yang berduit di Surabaya dan sekitarnya juga masih banyak. Namun mereka hanya akan membeli kalau harganya benar-benar murah dan keuntungan yang didapat sudah ada di depan mata. “Kalau keuntungannya masih menunggu 2-3 tahun lagi mereka juga tidak akan beli. Karena situasinya belum bisa diprediksi sampai kapan,” tandas Direktur Jaya Property ini.

Dia menggambarkan bagaimana sulitnya memasarkan properti di masa pandemi Covid-19 ini. Kalau sebelum pandemi broker rata-rata bisa menjual 5-10 unit rumah primer dan 3-5 unit rumah second, namun saat ini hanya 1-2 unit saja yang bisa dijual perbulan. “Sekarang banyak memasarkan unit apartemen untuk disewakan,” ujarnya.

Dia menyarankan pada anggota Arebi agar berpikir smart. Sebab diera pandemi dan digital, sekarang konsumen malas keluar rumah. Mereka perlu data properti semua lewat online. Nanti kalua benar-benar tertarik baru akan melihat ke lokasi. (fix/nur)

Sumber: JawaPos.com

Leave a Reply